Feeds:
Pos
Komentar

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan:
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Ada seorang yang dulunya komitmen dengan ajaran agama mengalami tekanan jiwa, Lanjut Baca »

Diangkat dari al-Bayân li Akhthâ’i ba’dhil Kuttâb, 3/14 karya Syaikh Shalih al-Fauzan Lanjut Baca »

Oleh

Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc

Marilah senantiasa kita bertaqwa kepada Allâh Subahnahu wa Ta’ala sebagaimana perintahkan kepada kita, seluruh kaum Muslimin. Ketahuilah, wahai saudara-saudaraku, taqwa adalah sebuah kata yang sangat ringan dan mudah diucapkan, tetapi berat dalam melaksanakannya. Pada hari ini saja, cobalah kita mengingat berapa banyak dosa yang telah kita lakukan ? Berapa banyak dosa yang telah diperbuat oleh hati-hati kita ? Sebagai contoh, iri terhadap orang lain yang telah diberi kenikmatan lebih kepadanya, harta yang melimpah dan rezeki yang banyak. Sudahkah hati kita selamat darinya pada hari ini ? Lanjut Baca »

Mencela pemimpin merupakan ciri khas manhaj yang ditempuh oleh kaum khawarij. Awalnya hanya sekedar mengkritik dan membeberkan aib pemimpin di atas mimbar, seminar, koran dan medsos tetapi membengkak hingga tiada lain terminal akhirnya kecuali memberontak pemimpin. Lanjut Baca »

Alhamdulillah jika kita bersemangat untuk melaksanakan sunnah Nabi shallalahu a’alaihi wa sallam, mulai dari menggunakan siwak sampai sunnah mandi hari Jumat dan sunnah lainnya. Akan tetapi kita perlu lebih semangat melaksanakan sunnah (ajaran) Nabi yang satu ini yaitu: berakhlak mulia. Awalnya kami mengira permasalahan utama adalah tauhid dan aqidah SAJA, tetapi ternyata akhlak mulia sangat penting bagi masyarakat dan dakwah. Lanjut Baca »

Kata orang, menunggu adalah aktivitas yang paling membosankan. Sayangnya, menunggu seakan telah menjadi sebuah keharusan dalam hidup kita. Menunggu yang begitu menjemukan terasa begitu dekat dalam kehidupan kita. Bahkan ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rutinitas kita. Jika kita perhatikan lebih jauh, ternyata siapa pun kita dan apa pun profesi kita, kita selalu dihadapkan pada situasi yang mengharuskan menunggu. Karena menunggu telah menjadi sebuah keharusan yang harus kita jalani, maka sudah selayaknya kita mampu menghadapinya dengan bijak. Ahli hikmah mengatakan,
Lanjut Baca »

DO’A MENGHILANGKAN SEDIH DAN GUNDAH HATI
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ, وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ, وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ, وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (bahaya) rasa gundah gulana dan kesedihan, (rasa) lemah dan malas, (rasa) pelit dan penakut, lilitan hutang dan penguasaan orang lain”.
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari VII/158)
Lanjut Baca »

Setan yang terkutuk adalah musuh bapak kita, Adam ‘alaihissalam. Musuh bebuyutan ini telah berjanji pada dirinya untuk berusaha menggelincirkan anak Adam dan memalingkan manusia dari kebenaran menuju kejelekan, dari petunjuk keada kesesatan.
Lanjut Baca »

Orang tua kita dahulu mengajarkan,” nak.. kalau habis menguap, jangan lupa istighfar ya..” Gayungpun bersambut, lalu muncul lah presepsi bahwa beristighfar setelah menguap itu termasuk sunnah atau ada perintahnya dari Nabi. Anggapan ini tersebar luas di masyarakat.

Apakah anggapan ini benar ?

Sebagai seorang mukmin tentu kita tak ingin beramal hanya sekedar beralasan anggapan atau praduga, tanpa dalil yang melandasi amalan tersebut. Karena hukum asal dari ibadah itu dilarang, sampai ada dalil yang memperintahkan.

Tak ada salahnya bila kemudian kita mempertanyakan,

” Apakah benar istighfar setelah menguap itu sunnah?” Kemudian mencari jawaban dari penjelasan para ulama rabbani.

Syaikh Muhammad Mukhtar Asy-Syinqithi hafidzohullah pernah ditanya mengenai permasalahan ini. Setelah beliau memuji Allah dan bershalawat kepada RasulNya, beliau menjawab,

” Tidak ada perintahnya beristighfar (setelah menguap). Tak ada dzikir-dzikir khusus yang berkaitan dengan menguap, tidak pula diperintahkan untuk beristi’adzah setelah menguap. Oleh karena itu kita mencukupkan diri dengan amalan-amalan yang ada dalilnya.

Diriwayatkan dari Nabi shallallahu’alaihiwasallam bahwa beliau memerintahkan seorang yang menguap untuk menahannya.

Dan (perlu kita ketahui) bahwa amalan sunnah itu ada beberapa macam:

– Ada dalam bentuk perkataan

– kemudian ada dalam bentuk perbuatan saja

– ada pula yang berupa perkataan dan perbuatan sekaligus… ”

( Fatwa beliau dapat didengar di sini)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah juga menfatwakan,

أما التثاؤب فإن الرسول عليه الصلاة والسلام قال: (التثاؤب من الشيطان، فإذا تثاءب أحدُكم فليَكْظِم ما استطاع، فإن عجز فليضع يده على فيه) ولم يقل: إذا تثاءب أحدكم فليستعذ بالله، مع أنه قال: (التثاؤب من الشيطان)، فدل هذا على أن الاستعاذة بالله من الشيطان الرجيم عند التثاؤب ليست بسُنَّة.

” Adapun berkaitan dengan menguap, Rasulullah ‘alaihis shalatu was salam bersabda, ” Menguap itu dari setan, maka bila salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin. Bila ia tak mampu menahannya, maka hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangannya.”

Nabi tidak mengatakan ,” Bila kalian menguap maka beristi’adzahlah.” Padahal bersamaan dengan itu beliau juga bersabda,” Menguap itu dari setan.”

Ini dalil bahwa beristi’adzah setelah menguap itu bukan termasuk sunnah (red. tuntunan Nabi). ” ( Silsilah liqa al-baba al-maftuh, juz 22)

Meski fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin di atas hanya menyinggung permasalahan isti’adzah setelah menguap, namun secara subtansi pernyataan beliau tersebut juga ada kaitannya dengan masalah yang sedang kita bicarakan, yaitu beristighfar setelah menguap sama-sama tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu’alaihiwasallan.

Sehingga bisa pula kita katakan, “Nabi shallallahu’alaihiwasallam tidak bersabda ,” Bila kalian menguap maka beristighfarlah.”

Akan tetapi Nabi bersabda, “…bila salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin. Bila ia tak mampu menahannya, maka hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangannya.”
Lalu Apa yang Disunnahkan Tatkala Menguap ?

Dalam fatwa Syaikh Muhammad Mukhtar Asy-Syinqithi di atas telah disinggung bahwa amalan sunnah yang berkaitan dengan menguap adalah amalan sunnah dalam bentuk perbutan, bukan ucapan atau dzikir tertentu.

Diantara amalan yang disunnahkan tatkala seorang menguap adalah menahannya semampu mungkin.

Hal ini karena telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin.” (HR Muslim)

Dalam hadits lain disebutkan,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Oleh karena itu bila salah seorang dari kalian bersin lantas dia memuji Allah, maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan “yarhamukallah”). Adapun menguap, maka dia dari setan. Maka bila seorang menguap hendaklah dia menahan semampunya. Bila seorang menguap sampai keluar ucapan ‘haaah’, setan akan menertawainya.” (HR. Al-Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)

Kemudian bila tak mampu menahannya, maka tutuplah mulut dengan tangan. Karena Rasulullah shallallahua’alaihiwasallam pernah bersabda,

إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُل

“Apabila salah seorang diantara kalian menguap maka hendaklah menutup mulut dengan tangannya karena syeitan akan masuk (ke dalam mulut yang terbuka). ” (HR. Muslim no.2995 (57) dan Abu Dawud no.5026)

Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua.

…..

Derman, Sumbermulyo, 17 Agustus 2014

Penulis: Ahmad Anshori

Muroja’ah: Ustadz Said Yai, MA

Sumber: http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/adakah-tuntunan-membaca-istighfar-setelah-menguap.html

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله وحده وصلى الله وسلم على من لا نبي بعده نبينا محمد وعلى آله وصحبه. أما بعد؛
Lanjut Baca »